Rabu, 11 Februari 2015

Konflik Internal AURI - Insiden Cililitan

Selama ini publik sudah mahfum dengan konflik2 internal yang pernah terjadi di lingkungan korps TNI AD, yang tercatat di antaranya yang terkenal adalah Peristiwa 17 Oktober 1952 saat moncong meriam diarahkan ke Istana. Bung Karno dalam biografinya yang ditulis oleh Cindy Adams menyebut peristiwa ini sebagai "half a coup" atau "setengah kudeta" atau "percobaan kudeta".

Sebenarnya, konflik internal bukan hanya terjadi di TNI AD tetapi pernah terjadi juga di korps AURI.
Jika di dalam konflik TNI AD kebijakan KSAD dikritik karena lebih condong kepada prajurit2 bekas didikan Belanda daripada mereka yang bekas didikan Jepang, di dalam konflik internal AURI yang terjadi justru sebaliknya, kebijakan KSAU dinilai lebih condong terhadap perwira bekas didikan Jepang daripada mereka yang bekas didikan Belanda.

Menurut Mayjen (Purn) Kivlan Zein yang menulis buku "Konflik dan Integrasi TNI AD", sejak 28/29 Januari 1952 para komodor udara seperti Suyono melakukan rapat di Halim & selanjutnya membawa masalah ini ke Parlemen seperti yang dilakukan Bambang Supeno jelang Peristiwa 17 Oktober 1952.

Rapat serupa kembali digelar pada 2/12 Juli 1952, yang dikoordinir Suyono dan Wiweko untuk membahas pendidikan dan penerbangan AURI. Rapat ini berujung kepada kecaman terhadap kepemimpinan KSAU Suryadarma.

Akibat tindakan itu, Suyono dipanggil ke Mabes AU & diperintahkan belajar ke luar negeri yang menurut Suyono sebagai hukuman. Ia lalu membuat pengaduan kepada Menteri Pertahanan & seksi pertahanan DPR tapi Presiden Sukarno tetap mempertahankan Suryadarma sebagai KSAU. Suyono kemudian dikenakan tahanan rumah & pada bulan Juli 1955 statusnya diubah menjadi tahanan kota.

Setelah Kabinet Ali Sastroamidjojo jatuh digantikan oleh Kabinet Burhanuddin Harahap, Suyono direhabilitasi & diangkat sebagai Wakil KSAU, jabatan yang belum pernah ada sebelumnya.

Pada saat pelantikan Suyono pada 14 Desember 1955, terjadilah peristiwa yang dikenal dengan "Insiden Cililitan", yaitu saat Perdana Menteri Burhanuddin Harahap menyampaikan pidatonya, beberapa perwira AURI & prajurit yang pembawa panji2 kehormatan AURI tiba2 merangsek maju & berteriak "tidak setuju" lalu meninggalkan lapangan upacara. Sempat terjadi juga penyerangan oleh Sersan Udara Kalebos terhadap Komodor Muda Udara Wiweko Supono yang hadir pada upacara tersebut.

Insiden yang sama juga disinggung di dalam buku Sejarah Nasional Indonesia Jilid VI.

Oleh Kivlain Zein bahkan digambarkan sempat terjadi penodongan senjata kepada para tamu undangan.
Upacara pelantikan pun dibatalkan karena PM Burhanuddin menolak pelantikan tanpa panji2 kehormatan AURI.

Setelah insiden tersebut, Suryadarma mengajukan permohonan pengunduran diri sebagai KSAU tapi ditolak oleh Presiden Soekarno.

Masalah ini kemudian diselesaikan dalam pertemuan Gabungan Kepala Staf (GKS) yang memutuskan bahwa jabatan wakil KSAU dibatalkan. GKS juga mengecam kabinet karena dalam pengangkatan Wakil KSAU tidak mempertimbangkan kondisi psikologis para perwira yang tidak setuju serta tidak meminta pertimbangan dari KSAU.


Sumber:

1. "Konflik dan Integrasi TNI AD", Mayjen TNI (Purn) Kivlan Zein, MSi

2. "Sejarah Nasional Indonesia Jilid VI: Jaman Jepang dan Jaman Republik Indonesia", Nugroho Notosusanto, et.al.

3. "Politik Militer Angkatan Udara Republik Indonesia Dalam Pemerintahan Sukarno 1962-1966", Humaidi, UI Depok

Tidak ada komentar:

Posting Komentar