Rabu, 11 Februari 2015

Kontribusi DI Aceh untuk RI saat Revolusi Kemerdekaan

Saat Agresi Militer Belanda 2, hampir seluruh wilayah Indonesia dikuasai Belanda, kecuali Aceh. Saat itu, INDOFF (INDonesia OFFice) menerima instruksi dari Menlu PDRI, yaitu A.A. Maramis yang berada di New Delhi, untuk mencari bantuan devisa dari Aceh, karena sejumlah kantor perwakilan RI di luar negeri telah kekurangan dana operasional.

Kepala INDOFF Utoyo Ramelan setelah menerima instruksi ini memerintahkan Ferdy Salim untuk pergi ke Aceh menemui Daud Beureuh yang saat itu menjabat sebagai Gubernur Militer Daerah Istimewa Aceh.
Adapun kapal laut yang tersedia saat itu adalah ML 833 atau PPB 58 LB di bawah pimpinan Mayor John Lie sehingga tanggung jawab perjalanan misi itu dibebankan ke Mayor John Lie sedangkan misi menemui Daud Beureuh menjadi tanggung jawab Ferdy Salim.

(Sayang tidak ditulis tanggal persisnya) saat tiba di perairan muara Kuala Simpang, Aceh, karena terhalang kabut jarak pandang terbatas, tiba2 muncul kapal patroli Belanda, Ferdy Salim memerintahkan untuk putar haluan & menyingkir dari jangkauan kapal patroli Belanda. Tapi ia melihat John Lie dengan tenang berdoa membaca Kitab Injil yang selalu dibawanya & setelah beberapa menit baru John Lie memberikan perintah putar haluan 180 derajat & full speed. Meski sempat ditembak & dikejar tapi ML 833 berhasil meninggalkan kapal patroli Belanda.

ML 833 kemudian mencoba merapat ke daratan melalui Serce, Kuala Tamiang, dimana terdapat pelabuhan kecil & setelah berhasil merapat disambut komandan batalyon pasukan Republik setempat, Mayor Alamsyah yang mendapatkan laporan tembak2 menembak kapal Belanda di dekat wilayahnya. Berkat bantuan Mayor Alamsyah tim INDOFF selamat sampai di Kotaraja (sekarang Banda Aceh) dimana tim bertemu dengan Daud Beureuh untuk membicarakan mandat dari Pemerintah Pusat.

Setelah Daud Beureuh berunding dengan para anggota Dewan Pertahanan Daerah, tim INDOFF menerima kabar baik yaitu penyerahan semua devisa yang dimiliki Aceh saat itu & terkumpul di Penang.

Inilah salah satu contoh pengorbanan rakyat Aceh terhadap Republik semasa perjuangan mempertahankan kemerdekaan.

(Catatan: Ferdy Salim adalah kakak dari salah satu ekonom Indonesia Prof. Emil Salim & pernah menjadi Dubes RI untuk Brunei Darussalam)


Sumber:

"Memoar Pejuang Republik Indonesia Seputar Zaman Singapura 1945-1950", Kustiniyati Mochtar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar