Dalam suatu kunjungan napak tilas ke daerah pertempuran Bojong
Kokosan, Tim Penyusun yang kelak menerbitkan buku "Pertempuran Konvoy
Sukabumi - Cianjur 1945-1946", sempat singgah ke Pabrik Barata yang dulu
dikenal sebagai Pabrik Braat.
Nama resmi pabrik ini dulu adalah
NV. BRAAT Machinefabriek yang didirikan tahun 1901 & merupakan salah
satu cikal bakal perusahaan yang
dimerger dengan 2 perusahaan lainnya menjadi PT. Barata Indonesia
(Persero). Pabrik yang awalnya untuk memberikan jasa pemugaran ke
pabrik2 gula, manufaktur jembatan, dan konstruksi baja lainnya, kemudian
berubah fungsi menjadi penghasil senjata sejak pendudukan tentara
Jepang untuk memasok kebutuhan perang.
Menurut R.H.Eddie Soekardi, salah satu saksi hidup yang ikut serta
dalam pertempuran heroik tersebut, saat itu sebagai Komandan Resimen III
TKR/TRI Sukabumi berpangkat Letnan Kolonel, menyebutkan di bengkel
Pabrik Braat ini para pejuang TKR/TRI membuat senjata & memproduksi
granat tangan. Saat itu kepala Pabrik Braat adalah Kapten Saleh Norman
yang mengusahakan agar anggota Resimen TKR/TRI Sukabumi bisa memiliki
persenjataan yang memadai. Sebelumnya Pabrik Braat ini diambil alih
tentara pejuang Republik dari tentara Jepang setelah kapitulasi.
Di pabrik ini pula Djajaatmadja (ayah dari Karlinah Umar
Wirahadikusumah, istri mantan Wapres Umar) pernah membuat prototipe
senjata yang diberi nama "Djaja Gun".
Sumber:
1. "Pertempuran Konvoy Sukabumi - Cianjur 1945-1946", Drs Yoseph Iskandar, dkk.
2. "Karlinah Umar Wirahadikusumah Bukan Sekedar Istri Prajurit", Herry Gendut Janarto
3. Baca juga http://www.barata.co.id/id/profil-perusahaan/sejarah-singkat-perusahaan.php
Tidak ada komentar:
Posting Komentar