Rabu, 11 Februari 2015

Kontribusi NV. BRAAT MACHINEFABRIEK, Embrio PT. BARATA INDONESIA (PERSERO) - Dalam Pertempuran Bojongkokosan

Dalam suatu kunjungan napak tilas ke daerah pertempuran Bojong Kokosan, Tim Penyusun yang kelak menerbitkan buku "Pertempuran Konvoy Sukabumi - Cianjur 1945-1946", sempat singgah ke Pabrik Barata yang dulu dikenal sebagai Pabrik Braat.

Nama resmi pabrik ini dulu adalah NV. BRAAT Machinefabriek yang didirikan tahun 1901 & merupakan salah satu cikal bakal perusahaan yang dimerger dengan 2 perusahaan lainnya menjadi PT. Barata Indonesia (Persero). Pabrik yang awalnya untuk memberikan jasa pemugaran ke pabrik2 gula, manufaktur jembatan, dan konstruksi baja lainnya, kemudian berubah fungsi menjadi penghasil senjata sejak pendudukan tentara Jepang untuk memasok kebutuhan perang.

Menurut R.H.Eddie Soekardi, salah satu saksi hidup yang ikut serta dalam pertempuran heroik tersebut, saat itu sebagai Komandan Resimen III TKR/TRI Sukabumi berpangkat Letnan Kolonel, menyebutkan di bengkel Pabrik Braat ini para pejuang TKR/TRI membuat senjata & memproduksi granat tangan. Saat itu kepala Pabrik Braat adalah Kapten Saleh Norman yang mengusahakan agar anggota Resimen TKR/TRI Sukabumi bisa memiliki persenjataan yang memadai. Sebelumnya Pabrik Braat ini diambil alih tentara pejuang Republik dari tentara Jepang setelah kapitulasi.

Di pabrik ini pula Djajaatmadja (ayah dari Karlinah Umar Wirahadikusumah, istri mantan Wapres Umar) pernah membuat prototipe senjata yang diberi nama "Djaja Gun".


Sumber:

1. "Pertempuran Konvoy Sukabumi - Cianjur 1945-1946", Drs Yoseph Iskandar, dkk.

2. "Karlinah Umar Wirahadikusumah Bukan Sekedar Istri Prajurit", Herry Gendut Janarto

3. Baca juga http://www.barata.co.id/id/profil-perusahaan/sejarah-singkat-perusahaan.php

Tidak ada komentar:

Posting Komentar