Rabu, 11 Februari 2015

Pekerja Rumah Tangga Pribumi di Jaman Hindia-Belanda

Sekitar tahun 1870an sesudahnya, bagi masyarakat Eropa yang baru datang di Hindia-Belanda & bergabung dengan koloni yang sudah ada (biasa disebut “baren”) dianjurkan untuk membaca buku2 yang dibuat sebagai pedoman agar dapat beradaptasi dengan baik. Salah satu pedoman yang ada di buku tersebut adalah mengenai cara berhubungan dengan “pembantu” (pribumi).

Menurut buku pedoman tersebut, keluarga masyarakat Eropa di Hindia-Belanda sedikitnya memiliki 2 atau 3 orang tenaga kerja & bisa memiliki 5 pekerja rumah tangga jika sudah memiliki anak agar lebih nyaman.
Di dalam buku pedoman itu juga dibedakan sebutan2 pekerja rumah tangga untuk orang Eropa, yaitu:

  • “Djongos” adalah pelayan laki2 di rumah
  • “Kebon” adalah tukang kebun
  • “Baboe” adalah pelayan perempuan di rumah
  • “Wasbaboe” adalah tukang cuci
  • “Kokkie” tukang masak
Di dalam buku pedoman yang dibuat oleh toko serba ada “De Bijenkorf” yang didirikan tahun 1870, misalnya, kita bisa baca penjelasan mengenai jobdesk seorang “djongos”...

“...mendapat bayaran paling besar di antara pembantu2 lainnya dan datang sekitar jam 6 pagi. Kalau tidak tinggal di halaman rumah Anda, maka pagi2 ketika hari masih gelap ia sudah berangkat dari kampungnya. Setelah hari mulai terang, ia merapikah kursi diserami depan dan menyiapkan kopi. Kemudian ia menyajikan sarapan dan memimpin semua pekerja rumah tangga. Hanya saja, ia tidak mengurusi kamar2 tidur karena itu adalah pekerjaan baboe”.

“Djongos” memiliki jam kerja yang paling panjang, biasanya mereka bekerja hingga sesudah makan malam, sekitar pukul 9.30 karena di Hindia-Belanda jam makan malam biasanya berlaku lebih larut setelah jam 8. Sebelum dan sesudah makan, orang Eropa biasanya duduk di serambi sambil menikmati kesejukan malam (biasa disebut "klimaatschieten”). Pada jam tersebut “djongos” biasanya mengidangkan splitjes (campuran air soda dan whisky atau minuman keras lainnya) dan air jeruk.

Masih menurut buku pedoman yang sama dijelaskan mengenai “kebon”....

“Selain bekerja di kebun, ia juga melakukan banyak hal rumah tangga, misalnya menggosok dan memutihkan sepatu dengan kapur, merawat sepeda, mengambil dan mengantar bungkusan2, membersihkan lantai, menggosok kamar mandi dan pada siang hari mengantar makan siang di dalam rantang berlapis aluminium ke kantor majikan. Terakhir mereka harus menyiram bunga, menyapu batu kerikil dan mencabut rumput...”

Setelah abad ke 20, buku2 pedoman semacam itu semakin banyak diterbitkan karena kedatangan orang2 Eropa meningkat tajam. Namun umumnya buku2 pedoman mengenai pekerja rumah tangga kerap memperlihatkan pandangan negatif terhadap pribumi.


Sumber:

1. “Nyai dan Pergundikan di Hindia-Belanda”, Reggie Baay

2. http://nasional.kompas.com/…/1…/Pekerja.Rumah.Tangga.Pribumi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar